Mendapatkan Visa Schengen Di Belanda (EROPA)

Posted by Unknown Jumat, 21 Februari 2014 0 komentar
Kali ini share soal Catatan Pengalaman Backpakcer oleh Thofan Meninao dalam mendapatkan visa schengen, dimana ini adalah golden ticket bagi para backpacker konon katanya yang punya visa ANda akan mendapat service yang istimewa dan harga yang lebih murah daripada pake visa biasanya, check it out gimana shabat kita mendapatkanya!

KASUS 1: PERSIAPAN
Meskipun tujuan saya ke Budapest, saya memilih apply visaSchengen-nya via Belanda (sekitar 80 hari sebelum tanggal keberangkatan).
Kenapa Belanda? Konon kedubes Belanda prosesnya cepat dannggak pake ribeud. Tapi saya dikejutkan dengan susahnya bikin appointment online sebagai satu-satunya cara yang saya tahu di website resmi kedubes Belanda:http://indonesia.nlembassy.org/.sedangkan ke Budapest agak lama, dan lebih bertele2. Menurut pengalaman teman yang saya kunjungi di Budapest, ketika dia apply visa student untuk S2nya disana.

Semua syarat yang diminta (dari web site kedubes yangbersangkutan) saya lengkapi. Termasuk bookingan 12 hostel dengan itinerary ngasal beserta bookingan pesawat PP ke Belanda yang bisa diminta ditravel agen terdekat (gratis, kalau yang minta cakep kayak
saya).

Dokumen lainnya yang saya sertakan adalah:
·     Pernyataan dari kampus bahwa saya harusmenyelesaikan kuliah sampai tahun depan sebagai bukti saya punya tanggung jawab di Indonesia, dan akan kembali kesinisetelah liburan berakhir.
·     Asuransi perjalanan. Kalau boleh curhat sedikit,saya memakai *C* insurance, karena lebih murah. Saat saya sakit di Budapest,saya email asuransi tsb, meminta rekomendasi dokter/ klinik sekalian nanyakemungkinan saya bisa periksa/ nggak. Paginya saya menerima e-mail, isinya adlklinik/ dokter mana saja yang dianjurkan. Tapi, sorenya tiba2 ada e-mail lainyang mengatakan bahwa sakitnya saya nggak ditanggung polis. Kenapa nggak dariawal mengatakan nggak ditanggung? Mereka sudah menyarankan tapi berubahpikiran. I was disappointed… buat pembelajaran saja.
·     Rekening Koran 3 bulan terakhir. Karena nggakada pemasukan aktif yang pasti dan rutin (pengangguran), saya benar2 pasrahdengan  keuangan saya. Asumsi sayasaat itu adalah sehari di eropa menghabiskan 50 euro untuk makan, penginapandan transport, maka saldo pun saya pertahankan sedemikian rupa sesuai lamaperjalanan saya.  
·     Itinerary selama di Eropa, saya buat 4 negara:Belanda, Belgia, Perancis, Jerman.
·     Mengisi formulir pendaftaran yang saya printdari website di atas (tulis tangan).
·     FOTO. Waktu itu saya bikin foto visa di daerahSabang. Tapi begitu di kedutaan, tnyata saya tetap disuruh foto ulang. Hasilnyanggak ada bedanya dengan yang saya bayar di Sabang. Somebody just need moreextra money I suppose.
·     Uang cash Rp 700.000,-
·     Hmm.. apalagi ya? kayaknya sih itu doang. Yah, silahkan cek sendiri dehkelengkapan lainnya di website di atas. Yang jelas tiap kedubes Schengen bisa beda2…

Menjelang hari H, beberapa senior menyarankan saya untukmemastikan ke pewawancara bahwa saya bisa dapat visa 52 hari. Sejauh yangmereka tahu, masa berlaku visa bisa panjang, tapi untuk masa tinggal di daerahSchengen hanya bisa 30 hari max, untuk visa type C alias turis, tanpa sponsor.Jangan sampai saya dapat visa tapi cuma 30 hari doang. Bisa2 saya harus beli tiketbaru lagi untuk pulang ke Indonesia.

KASUS 2: APPLY
Sesuai jadwal, saya masuk ke ruang eksekusi. 2 minggusetelah saya berhasil bikin appoinment on line.
Di depan pewawancara, saya menanyakan kepastian saya bisadapat visa lebih dari 30 hari meskipun tanpa sponsor. Katanya,
                  “BISA! Asalkannggak ada masakah dengan semua persyaratan.”

Data saya di cek dengan teliti. Dia sempat kaget melihat 12lembar bukti booking hostel selama saya di Eropa. Setelah saya jelaskan bahwasaya siap dengan semua dana dan terbukti dengan rekening Koran 3 bulan yangsaya print sendiri. Akhirnya dia cuma bilang,
                 “Akan ada kemungkinan besar dilakukan random call ke hostelyang kamu booking. Jumlah      stay yang kamu minta, cukup lama. Kami hanya perlumemastikan…” 
saya mengangguk dan segera pulang.

Seharian bakar dupa, tebar garam, jemur kancut... sayaberharap semua sial pergi dari dalam diri.

Jam 3 sore, di hari yang sama, saya kembali ke kedubes Belanda.

Nama saya dipanggil dan ketemu yang mewawancarai saya tadipagi. Dia menatap saya tajam.
                     “Kan sudah saya bilang akan ada random call. Satu hostelyang kamu booking mengatakan nama kamu nggak ada di hotel itu!”

Dengkul saya langsung lemas, hidung saya mimisan, celanasaya basah…

                      “Saya bisa banding?”

                       “Percuma kamu banding, kalau kamu nggak punya sponsor yangmenjamin.”

                       “Tapi saya bisa banding, kan?”

                        “Bisa saja. Silahkan baca surat didalam. tapi tolong tanda tangani ini dulu..”

Otak saya membeku. Saya menandatangani surat penolakan itu dan menerima kembalipassport saya. Di dalamnya ada surat dengan nomor telepon consular kedutaan, untukmeminta cara banding, serta penjelasan kenapa visa saya ditolak. Well, intinyasaya di tolak karena:
1.    Tujuan saya nggak jelas ke Belanda. Hostel adayang nggak konfirm.
2.    Tujuan saya nggak jelas ke Belanda. Tabungansaya nggak jelas.
3.    Ntah apa, saya lupa. Kertasnya hilang. Pokoknyaada 3 alasan.
Setelah diteliti lagi, ternyata rekening Koran yang sayaprint, nggak mencantumkan nama saya. Hanya nomor rekening dan sejarah keuangansaya. Pantes saja…

beberapa hari kemudian, dikabarkan oleh si konsuler kalau saya harus apply ulang dariawal lagi  disertai penjelasan kenapa kemarin adakesalahan ini dan itu. Sponsor? Kalau punya, akan lebih baik. Sebagai nilai plus.

KASUS 3: BANGKIT DARI KUBUR
Saya menghubungi semua hostel yang saya booking untukmemastikan mana yang nggak konfirm. Ada yang bekerja sama dan langsung mengirimemail konfirmasi ke saya. Ada juga yang nggak mau mengirimkan dengan dalih saya pasti sudah mendapatkan email langsung dari booking.com (yang seperti ini adalah hostel2 dariJerman). Yg di Perancis nggak mau mengirim email konfirmasi namun mengatakankalau nama saya tercatat di hostel mereka (dibantu teman yang bisa bhs Perancis).

Saya juga gembar-gembor di FB, menanyakan siapa teman yangbisa membantu menjadi sponsor saya. Beberapa orang menawarkan, yang saya pilihseorang teman yang suaminya orang Belanda, karena dia pernah jadi sponsorsodara2nya.
Namun, menjelang hari H, mereka hanya bisa menjadipengundang. Karena utk mjd sponsor, saya harus ke Belanda dan report dalamwaktu 72 jam ke officer di Belanda. Kalau nggak report, yang menjadi sponsorakan didenda ribuan euro. Karena tujuan saya ke Budapest, saya pun nggak bisa.Kebetulan passport suami yang mengundang pun expired. Terpaksa hanya memakaisurat undangan saja. Bukan sponsor.

Saya jauh lebih berhati2 dalam melengkapi semua yang diminta. Saya punmempersiapkan segala akal bulus untuk menghadapi pewawancara. Tanduk sayaruncingin, ekor saya tajamin. Pokoke saya jadi sangar. Nothing to lose, I amready to fight.

KASUS 4: FIGHT
Mulai dari awal bukan hal yang gampang. Bikin appoinment punsemakin susah.
Hari H, saya diwawancarai laki2. Dia memperhatikan semuavisa yang saya punya di passport.
                            “Semua visa pelaut, ya? UK, USA, Kanada, Schengen.. Kamupernah kemana saja selama kerja di kapal?”

Saya jelaskan saya suka traveling, dan setiap ada kesempatankeluar kapal saya pasti keluar dan jalan-jalan. Saya sudah melangkah di semuabenua dan mengarungi seluruh samudra, termasuk kutub utara dan selatan.
Dia mengangguk2, lalu menjelaskan bahwa mungkin kedutaanagak khawatir dengan status saya yang belum pernah traveling ke luar negerisendiri. Meskipun punya banyak visa, tapi itu visa pelaut. Pengalamannya pasti berbedadengan yang traveling sendiri. Mereka khawatir kalau terjadi sesuatu dengansaya, nggak ada yang bertanggung jawab. Apalagi nggak punya sponsor.
Saat saya bilang saya punya pengundang, dia menyela karenakekuatan pengundang nggak besar.
                            “Kalau sponsor, dia yang menjamin keberadaan kamu, makakedutaan bisa yakin kalau kamu akan terjamin.”
Bahkan  diasempat mencela saya. Katanya,
                           “Sebelum visa ditolak kamu nggak menyertakan surat undangan,sekarang setelah ditolak, kok ada?”

Dia pun memberi 2 pilihan:
1.    Saya memperbaiki surat undangan itu. Nggak hanyatanda tangan dari teman saya, tapi juga tanda tangan dan foto copy passportsuaminya dan surat pernyataan hubungan kami apa?
2.    Nggak pakai surat undangan, apa adanya saja.

Berhubung passport suami teman saya itu expired, susah bagisaya untuk memenuhi pilihan pertama. Saya pun mengambil surat undangan temansaya itu. Saya pilih pilahan nomor 2.
Sebelum pergi, saya menyerahkan buku indie saya.
                  “Saya memang belum pernah punya visa turis, tapi bukanberarti saya nggak bisa menjaga diri dan nggak tahu cara deal dengan orangasing. Buku ini bukti bahwa saya penikmat dunia traveling dan saya bisa menjagadiri.” Kurang lebih seperti itu yang saya katakan.

Saya juga menjelaskan kalau perjalanan ke eropa itu nantiakan menjadi project saya untuk membuat buku selanjutnya. Saya pernah jalan2melihat dunia saat masih bekerja di kapal pesiar, tapi belum sempat mengeksplorbanyak kota. Jalan2 itu kesempatan saya untuk melihat dunia dari sudut pandanglain. Selain untuk bahan buku berikutnya, juga sekaligus untuk bahan SKRIPSIsaya yang akan mengangkat tentang penerbitan buku (saya jelaskan demikian karenajuga ingin menegaskan bahwa saya serius dengan kuliah saya dan akan kembalisetelah liburan selesai).

Saya benar2 memperhatikan bahasa tubuh saya saat menjelaskansemua itu. Saya merasa bahwa dari bahasa tubuh yang benar, mereka akan tahukeseriusan dan kesiapan saya dalam perjalanan itu. Sehingga memperkuatkanpertimbangan mereka untuk menyetujui visa saya.

Saya pulang dan menunggu sampai BESOK. Tidur nggak tenang,boker pun nggak lancar. 

Besok sorenya, saya masuk ke ruang eksekusi itumenunggu untuk dipanggil. Saya benar-benar pasrah. Apalagi menyadari petugas yangdi seberang sana adalah si mbak yang pertama kali mewawancarai saya. Diamenatap saya tajam setelah memanggil saya. Saya (pura2) cool.
                     “Kamu kasihan sekali, sih. Bolak balik mulu ke sini ngabisinwaktu, tenaga dan dana.” Katanya. Demi kuda betina, tiba2 ekspresinya melunakdan tersenyum.
                    “Tapi, selamat liburan, ya! Jangan lupa kembali pulangdengan selamat…”

                     “Saya dapat visanya? Berapa hari? Berapa lama?” saya lupakalau saat itu sedang jaim.

                      “Ya kamu lihat aja sendiri…”

Tercantum di situ: masa berlaku visa dari tangal 28 Juli2013—11 Oktober 2013, duration of stay 60 hari. Akhirnya saya bisa ke belakangdengan tenang….

PS:
Sama seperti pengalaman perjalanan, pengalaman pembuatanvisa setiap orang pasti berbeda2. Silahkan pengalaman ini dijadikan referensi,bahan pembelajaran. Jangan diadobsi, karena nanti jadi basi…Pesan saya, sebagai pejalan mandiri, rajin2lah mencari informasi sendiri dan sebanyak mungkin. jangan suka mengadopsi itinerary dan perjalanan orang lain. kamu bayar mahal kok untuk menghidupi perjalanan orang lain, hidupkanlah mimpi mu sendiri. dengan mencari informasi sendiri juga sebagai awal jpembelajaran kamu untuk menyelesaikan masalahmu sendiri. kalau sebelum berangkat saja sudah malas nyari info dan dikit2 tanya, kamu nggak akan berkembang. google banyak membantu, kok. banyak referensi di sana.
selamat mencoba... 

oiya, beberapa pengalaman hitch hike saya di croatia dan austria di file sendiri, ya... dan bookingan di booking.com FYI, bisa di cancel. jadi 12 bookingan hostel saya itu saya cancel. pastiin saat booking di booking.com ada tulisannya: free cancelation. dan sekedar saran, nggak ada salahnya memastikan ke hotel yang bersangkutan langsung kalau nama kamu dan kode booking dari booking.com sudah ada di hostel yang bersangkutan. pernah saya baca di BD juga kalau ada yang sudah sampai di lokasi ternyata namanya nggak ada di hostel tersebut dan terpaksa mencari ulang di hostel lain. padahal pas dia sampai di hostel tsb sudah tengah malam. capek deeeeh...
Selamat Datang Sahabat
Judul: Mendapatkan Visa Schengen Di Belanda (EROPA)
Ditulis oleh Unknown
Rating Blog 5 dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi Anda.
Power Inspiration Resource support Ibnu Corp - Original design by Bamz | Copyright of Portal Info Surabaya, Indonesia.